Ketika SMP, saya pernah membaca buku science-fiction terlaris di dunia. Meski cerita (karakternya) fiksi, namun sejarah dan latar kej...
Ketika SMP, saya pernah membaca buku science-fiction
terlaris di dunia. Meski cerita (karakternya) fiksi, namun sejarah dan
latar kejadian memang benar nyata terjadi. Buku tersebut mengungkapkan
fakta bahwa terdapat umat yang memiliki keyakinan sangat fanatik begitu
tidak menyukai perkembangan ilmu pengetahuan karena ditakutkan
sains/ilmu pengetahuan dapat memupuskan pengaruh mereka terhadap para
pengikutnya. Tetapi, saya pribadi berpendapat bahwa keberadaan sains
bukanlah sebagai penghalang manusia menuju Tuhannya dalam hal ini karena
saya seorang muslim, yaitu Allah SWT. Sains diciptakan justru sebagai
salah satu jembatan manusia dengan Allah, sebagai sarana untuk semakin
menguatkan keimanan seorang hamba pada Allah SWT. Karena banyak ilmuwan
yang justru memeluk agama Islam karena pengetahuan mereka. Oleh karena
itu saya memberanikan diri untuk melakukan penelitian kecil-kecilan dan
observasi dari berbagai sumber serta pengalaman-pengalaman yang pernah
saya alami.
Lebih dari beratus-ratus tahun yang lalu
Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur pada Nabi Muhammad SAW.
Namun, hanya Al-Qur’an-lah satu-satunya kitab yang dapat memprediksikan
secara tepat apa yang akan terjadi di masa depan. Mengapa begitu? Hal
tersebut baru saya sadari ketika saya duduk di bangku SMA. Banyak sekali
ilmu-ilmu yang saya dapatkan untuk mempelajari ayat-ayat Allah yang
tertera di seantero jagat raya ini. Dari mulai level atom hingga alam
semesta yang sangat luas ini. Hal-hal yang saya pelajari ini lebih saya
fokuskan pada alam semesta (luar angkasa) secara umum.
Pemahaman-pemahaman yang saya dapatkan selama ini mulai dari penciptaan
alam semesta, unsur-unsur yang terkandung di planet yang kita sebut
Bumi, dan lain-lain yang ingin saya membagikan sedikit pengetahuan yang
dianugerahkan Allah pada saya itu kepada semua orang, agar orang lain
juga mengetahui bahwa sains selalu sejalan dengan Al-Qur’an.
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَنَّى يَكُونُ لَهُ
وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ بِكُلِّ
شَيْءٍ عَلِيمٌ [الأنعام/101]
“Dia (Allah) Pencipta langit dan bumi. Bagaimana (mungkin) Dia
mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala
sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu”.
Dalam ayat ini Allah telah dengan jelas
menyebutkan bahwa Allah Yang Maha Esa tidak membutuhkan apa pun untuk
menciptakan segala sesuatu, bahkan adalah hal yang sangat mudah bagi
Allah SWT untuk menciptakan langit dan bumi.
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ
كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ [الأنبياء/30]
“Dan apakah orang-orang kafir tidak
mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup
berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?”
Semasa bimbingan OSK Astronomi, saya
bersama pembimbing dan teman-teman saya pernah menyaksikan video yang
diunduh dari discoveryschool.com yang berjudul “The Ages of Earth” yang
menerangkan asal-usul pembentukan Bumi dari sudut pandang ilmiah yang
membagi proses terbentuknya Bumi menjadi 3 proses:
- Akresi (proses dimana Bumi masih berbentuk cairan panas).
- Kompresi (unsur dengan massa jenis yang lebih berat turun dan yang lebih ringan naik ke permukaan).
- Disasosiasi (proses pembentukan lapisan Bumi).
Islam merupakan satu-satunya agama yang
memiliki kitab yang dapat memprediksikan apa yang akan terjadi di masa
depan. Ketika para peneliti dari Barat menyimpulkan bahwa Besi (Fe),
merupakan unsur yang pada awal mulanya tidak terdapat di Bumi, namun
logam besi yang terdapat di Bumi berasal dari tumbukan bintang-bintang
yang merupkaan bahan logam terbaik di dunia. Proses kompresilah yang
menjadi alasan mengapa besi berada jauh didalam perut Bumi dan bukannya
di permukaan Bumi.
Dalam video tersebut, ketika awal
penciptaan Bumi dan permukaan Bumi masih seperti lava yang mendidih,
banyak komet es seberat 30 – 40 ton menumbuk permukaan Bumi setiap 3
detik selama 20000 (dua puluh ribu) tahun! Tumbukan komet es inilah yang
menyebabkan permukaan Bumi mendingin dan terciptalah air dalam jumlah
banyak yang menjadi cikal-bakal tumbuhnya mikroorganisme bersel satu
(uniseluler) yang secara terus-menerus berkembang. Jika Anda pernah
berkunjung ke Grand Canyon atau sekedar melihat gambarnya, Anda pasti
melihat garis-garis teratur yang berlainan warna sepanjang sisi tebing.
Garis-garis tersebut merupakan bukti dari keberadaan unsur-unsur
organisme di masa lampau.
Tumbukan komet es ke dalam permukaan
Bumi yang masih panas pasti menimbulkan uap, uap inilah kini kita kenal
sebagai atmosfer yang melindungi kita dari ganasnya sinar ultra-violet
Matahari dan berbagai benda asing lainnya yang jatuh ke Bumi.
Kapankah Anda mempelajari siklus hujan?
Jujur saja, saya pertamakali mendapatkan pembelajaran tentang hal
tersebut ketika saya masih di jenjang SD kelas 3 (atau ketika usia saya
sekitar 9 tahun) dengan tidak menyadari bahwa Surat At-Tariq ayat ke-11
terkandung penjelasan tentang siklus hujan. Adapun bunyi dari Surat
At-Tariq ayat 11 tersebut berbunyi:
وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الرَّجْعِ [الطارق/11]
“Demi langit yang mengandung hujan.”
Raj’i dalam bahasa Arab berarti kembali berputar. Hujan dinamakan raj’i karena
dalam ayat ini karena hujan berasal dari uap yang naik dari Bumi ke
udara, kemudian berkumpul di langit menjadi awan dan akhirnya turun
kembali ke Bumi, begitu seterusnya.
Teori Big Bang atau Unsteady State yang
dicetuskan oleh ilmuwan kenamaan Stephen Hawking dimana jagat raya ini
akan terus berkembang/bertambah luas ini bukan tidak ada penjelasannya
dalam Al-Qur’an, karena jelas dalam Surat Az-Zariyat ayat ke-47 Allah
SWT berfirman:
وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ [الذاريات/47[
“Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan Kami benar-benar meluaskannya.”
Jika dilihat dari sudut pandang
Astronomi, sejauh yang saya tahu dan saya pelajari selama ini, alam
semesta memang ‘benar-benar’ mengembang. Contoh kecilnya saja, galaksi
M31 atau yang lebih dikenal dengan nama Andromeda merupakan galaksi yang
diketahui terdekat dengan galaksi Bima Sakti (Milky Way) ini terus-menerus mengalami pergeseran merah (redshift). Dalam Asas Doppler, diketahui bahwa setiap benda yang bergerak semakin menjauh dari pengamat akan mengalami redshift sedangkan yang bergerak mendekati pengamat akan mengalami blueshift (pergeseran biru). Jadi berdasar pada ayat Al-Qur’an dan fakta ilmiah, alam semesta ini memang meluas/mengembang.
Kita mengetahui bahwa Bumi dan
planet-planet anggota Tata Surya lainnya bergerak mengelilingi Matahari?
Tentu karena mereka memiliki garis edar (orbit) masing-masing yang
tidak berpotongan satu sama lain. Penjelasan Al-Qur’an tentang hal ini
dapat kita lihat dalam Surat Al-Anbiya ayat ke-33:
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ [الأنبياء/33]
“Dan Kami yang telah menciptakan malam dan siang, matahari, dan bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya.”
Lho, Matahari kok beredar juga sih?
Bukannya Matahari itu tidak bergerak? Ternyata Matahari juga bersama
dengan Bumi dan planet-planet lain berevolusi mengelilingi Pusat Galaksi
dengan periode 225 juta tahun dalam satu kali putarannya!
Beberapa ayat Al-Qur’an yang telah
disebutkan diatas dapat kita lihat dan observasi sendiri. Sebagai
muslim, saya hanya ingin berbagi pengetahuan saya yang meski sedikit
tetapi semoga bermanfaat untuk semua orang tentang alam semesta dan
kebenaran Al-Qur’an ini.
Oleh: Viny Alfiyah
Tidak ada komentar